Jumat, 25 November 2016

LEAFIE : KEKUATAN MIMPI YANG HANCUR

Judul Buku : Leafie - Ayam Buruk Rupa dan Itik Kesayangannya
Judul Asli: Madangeul Naon Amtak
Penulis: Hwang Sun-mi
Ilustrator: Kim Hwan Young
Alih Bahasa: Dwita Rizki Nientyas
Penerbit: Qanita
Tempat Terbit: Bandung
Tahun Terbit: Februari, 2013 (Cetakan Pertama)
Tebal Buku: 224 halaman
ISBN: 978-602-922-575-4

LEAFIE adalah seekor ayam betina yang punya satu impian sederhana : mengerami dan menetaskan anak ayam. Sayangnya, mimpi Leafie mustahil terwujud karena ia sudah berhenti bertelur. Begitupun, dari celah kandang sempitnya, ia terus memelihara mimpinya sembari mengagumi dedaunan akasia yang tumbuh di halaman. Lewat tokoh Leafie, buku ini mengetuk kesadaran bahwa meskipun mimpi dapat saja hancur, ia tidak dapat dimusnahkan. Mimpi dapat berubah bentuk, dan selagi seseorang masih dapat bermimpi, ia tidak akan kehilangan dan keberanian.

Agaknya Hwang Sun-mi, penulis buku ini, menciptakan karakter Leafie sebagai personifikasi dirinya yang mengidap penyakit jantung namun tetap memelihara mimpi untuk menjadi polisi, atau  penyidik. Sadar akan kelemahan fisiknya, ia mengagumi sosok yang tangguh mempertahankan mimpi seperti Leafie.

Dikemas dalam bentuk fabel kontemporer, Leafie tidak hanya memikat pembaca asal Korea. Setelah diangkat sebagai film animasi pun, kisah ini disambut baik di festival Cannes dan menjadi Best Family Film 2011 di Sitges Festival, Spanyol.  Keberhasilan ini mengesankan bahwa dunia rindu diingatkan akan kekuatan mimpi.

Secara keseluruhan, penyajian kisah Leafie menimbulkan kesan yang hangat, sederhana, dan ringan. Begitupun, pemaknaan mendalam dari berbagai konflik tersaji apik lewat sudut pandang Leafie. Jalan ceritanya pun terjalin apik. Kejutan terbesar terletak di akhir cerita ketika akhirnya Leafie dapat memandang Musang, musuh besarnya, dengan sudut pandang penuh kasih. Namun, kekuatan ceritanya justru terletak pada penggambaran emosi yang kuat. Membacanya, kita seolah dapat merasakan pergumulan Leafie.

Pada awal kisah, Leafie yang sangat ingin menetaskan anak ayam mendapati dirinya tidak lagi dapat bertelur. Dalam kondisi masih hidup, ia dibuang ke lubang pembuangan ayam sekarat. Namun begitu, Leafie masih ingin hidup, dan dengan bantuak bebek pengelana liar ia dapat meloloskan diri dari Musang yang mengintainya di dekat lubang. Bersama bebek, Leafie sementara tinggal di halaman petani. Sayangnya, para ternak penghuni halaman tidak mau menerima Leafie.

Suatu hari, Leafie menemukan telur di semak mawar, dan memutuskan untuk mengeraminya. Anehnya, bebek pengelana  terus menjaga Leafie, dan bahkan mengorbankan diri menjadi mangsa Musang untuk menyelamatkannya. Ketika akhirnya menetas, Leafie akhirnya sadar bahwa telur yang ia erami adalah telur bebek, dan anak itik yang diasuhnya itu adalah anak si bebek liar. Begitupun, Leafie tetap membesarkan Greenie, si anak itik, dengan penuh kasih.

Kehidupan di padang tidaklah mudah bagi Leafie dan Greenie. Mereka harus terus berpindah tempat dan waspada terhadap ancaman Musang. Ditempa berbagai kesulitan, Leafie berubah makin tangguh, dan Grennie pun tumbuh menjadi bebek liar yang kuat. Perlahan Leafie sadar bahwa lambat laun Grennie akan bergabung dengan kawanan bebek liar dan pergi meninggalkannya. Meski berat, Leafie pun melepas anak itik kesayangannya pergi.

Kisah tidak berhenti di situ untuk Leafie. Meski satu per satu mimpinya telah terwujud: mengerami telur, menetaskan telur, dan membesarkan anak, ia akhirnya mempunyai satu mimpi terakhir, “Aku juga ingin terbang. Aku ingin terbang mengikuti mereka!” Tetapi, dapatkah seekor ayam terbang? Berhasilkan Leafie mewujudkan mimpi terakhirnya?

Sulit untuk tidak jatuh cinta pada tokoh Leafie yang menjalani kehidupannya dengan penuh keberanian, sadar akan kehendak bebasnya, dan tidak menyerah mewujudkan mimpinya. Dengan berani ia tidak mengambil ‘mentalitas korban’ dan dengan sadar memilih menentukan hidupnya sendiri – dimulai dengan menamai dirinya sendiri Leafie yang berarti Dedaunan.

“Dedaunan adalah ibu dari para bunga. Bernapas sambil bertahan hidup walau dihembus angin. Menyimpan cahaya matahari dan membesarkan bunga putih yang menyilaukan mata. Jika bukan karena dedaunan, pohon pasti tidak dapat hidup. Dedaunan benar-benar hebat.” “Leafie – dedaunan … Benar, nama yang sangat cocok untukmu,” pungkas Pengelana. (Hal. 85)


Setiap pembaca, tak peduli anak, remaja, atau dewasa niscaya dapat melihat cerminan dirinya pada tokoh Leafie yang pantang menyerah. Ayam betina buruk rupa ini berhasil menyampaikan pesan sang penulis: bahwa mimpi mungkin berubah tapi tak dapat musnah. [CU-NOV16]

Sabtu, 19 November 2016

Miss Marple’s Final Cases: Tangkap Dulu Kelincinya



Identitas Buku
Judul : Miss Marple’s Final Cases
Alih Bahasa : Suwarni A.S.
Penulis : Agatha Christie
Bahasa : Indonesia
Halaman : 172
Tahun Terbit : 2014 (cetakan kelima)
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

ISBN : 9792232592 (ISBN13: 9789792232592)

˜

Sinopsis
[1│Perlindungan]
Saat merangkai kembang krisan di gereja, Diana ‘Bunch’ Harmon – istri pendeta Julian Harmon – menemukan seorang pria sekarat akibat luka tembak di dadanya. Sebelum meninggal, pria misterius itu mengucapkan kata Sanctuary serta menunjuk mantolnya.

Curiga, Diana meneliti mantol pria itu dan menemukan tiket penyimpanan di sebuah stasiun kereta api, arloji tua berinisial W.S. dan beberapa benda lain. Untuk memecahkan teka-teki kematian itu, Bunch akhirnya meminta bantuah Jane Marple, bibinya, yang tengah berada di London.

Petunjuk-petunjuk yang awalnya nyaris tidak berhubungan itu kemudian membawa pada kisah cinta antara Zobeida, seorang  aktris teater,  dan Walter St. John – si pria misterius itu. Keduanya menikah dan memiliki seorang putri bernama Jill yang dititipkan pada sepasang suami istri lanjut usia. Zobeida yang telah meninggal tiga tahun sebelumnya diketahui menyimpan kalung rubi ilegal di satu tempat.

Lantas, adakah hubungan antara permata itu dan kematian Walter? Dan dapatkah Ms. Marple menebak dimana permata itu disembunyikan? Lalu, bagaimanakan nasib Jill St. John setelah kematian kedua orang tuanya?

***

[2│Lelucon yang Aneh]
Paman Matthew yang eksentrik meninggal dunia dan menyerahkan warisannya kepada Edward Rossitier dan Charmian Stroud yang hendak menikah. Anehnya, warisan itu disembunyikan sedemikian rupa hingga kedua sejoli itu tak dapat menemukannya.

Putus asa, Edward dan Charmian meminta bantuan Ms. Marple. Tentu saja, Ms. Marple yang cerdik dapat menemukan harta itu dengan sangat mudah berkah selembar resep daging asap dan bayam tumbuk! Uniknya, wujud harta itu tidak terduga sebelumnya.

***
[3│Pembunuhan dengan Pita Pengukur]
Nyonya Spenlow terbunuh! Ia ditemukan tewas akibat tercekik di dalam rumahnya sendiri, dan hanya mengenakan selembar kimono. Tuan Spenlow, suami kedua Ny. Spenlow, lansung dicurigai sebagai pelakunya dengan motif warisan.

Namun begitu, Ms. Marple berpendapat lain. Berkat petunjuk berupa jarum pentul yang dipungut penyidik dari TKP, ia berhasil mengungkap cerita kelam masa lalu Ny. Spenlow saat menjadi pelayan sebuah keluarga kaya, dan dendam seorang teman lama.
***

[4│Kasus si Penjaga Rumah]
Harry Laxton yang memiliki reputasi sebagai biang kerok pada masa kecilnya kembali ke St. Mary Mead sebagai pria muda yang sukses bersama dengan  istrinya, Louise – wanita berdarah Perancis yang cantik, manja dan kaya raya. Kingsdean House, rumah masa kecil Harry pun disulapnya menjadi hunian megah dan nyaman.

Namun, pemugaran rumah ini mengusik Murgatroyd, penjaga rumah yang terpaksa pindah dari bangunan yang telah dijaganya selama lebih dari 30 tahun. Sakit hati, ia mengutuk Louise dengan membabi buta. Anehnya, tak lama Louise terbunuh dalam kecelakaan berkuda.

Apakah Louise meninggal secara wajar, ataukah ia dibunuh?
***

[5│Kasus Pelayan yang Sempurna]
Gladys, teman Edna (pelayan Ms. Marple), dituduh mencuri sebuah bros dan dipecat oleh Lavinia Skinner. Edna pun meminta bantuan majikannya untuk membersihkan nama baik temannya itu.

Lepas dipecatnya Gladys, tak seorang pun menyangka akan ada pelayan yang bersedia bekerja untuk kakak beradik Skinner. Pasalnya, Emily Skinner yang selalu beranggapan bahwa dirinya sakit terkenal rewel.

Anehnya, tak berapa lama, datanglah Marry Higgins, pelayan sempurna yang disarankan oleh sebuah agen. Berbeda dengan pendapat kebanyakan, Ms. Marple menganggap kesempurnaan sang pelayan baru itu janggal. Benar saja, tak berapa lama, flat tempat Skinner bersaudara dan tiga keluarga penyewa lainnya dirampok disusul menghilangnya Marry.

Apakah Marry benar-benar menghilang? Miss Marple dengan cerdik membantu polisi menemukan siapa dan dimana Marry sebenarnya.
***

[6│Ms. Marple Bercerita]
Mrs. Rhodes tewas ditusuk belati di sebuah kamar tertutup usai makan malam bersama suaminya. Tidak ada yang memasuki ruangan itu kecuali Mr. Rhodes dan seorang pelayan. Tentu saja, Mr. Rhodes pun dicurigai sebagai pelakunya.

Sebelum kejadian. Mrs. Rhodes diketahui menerima surat ancaman terkait sebuah kecelekaan akibat kelalaiannya dalam berkemudi.

Lalu, apakah Mr. Rhodes ataukah sang pelayan yang membunuh Mrs. Rhodes? Atau.. ada orang lain yang dengan misterius masuk ke dalam ruang tertutup itu?

***

[7│Boneka Sang Penjahit]
Sesosok boneka beledu misterius tiba-tiba muncul di sebuah butik. Alicia Combe yang terkenal pelupa tidak dapat mengingat bagaimana boneka itu bisa sampai ke tokonya. Anehnya, boneka itu dapat berpindah tempat sendiri!

Seisi penghuni butik dilanda ketakutan dan yakin bahwa boneka itu dirasuki roh jahat dan mengurungnya di sebuah ruang.

Akhinya, ingin terbebas dari ketakutan, Alicia membuang boneka beledu itu ke luar jendela. Ketika boneka itu dipungut oleh seorang anak kecil berpakaian lusuh, Alicia khawatir anak itu akan mendapatkan nasib buruk dan bersikeras mengambil kembali boneka itu.

Tak dinyana, jawaban bocah itu sungguh mengejutkan dan hati Alicia pun luluh.

***

[8│Teka-Teki Pantulan Cermin]
Ketika diundang berlibur di rumah seorang teman, seorang pemuda melihat pantulan seorang wanita pirang yang tengah dicekik suaminya di cermin, namun tidak menemukan apa pun.

Tak lama setelahnya, ia diperkenalkan dengan Sylvia dan Charles, tunangannya. Si pemuda terkejut karena bayangan yang dilihatnya di cermin adalah Sylvia. Pada saat itu jualah si pemuda jatuh cinta pada Sylvia, dan memperingatkan perihat bayangan yang ia lihat.

Ketika perang pecah, Charlie, tunangan Sylvia, dan Neil, sahabat si pemuda, terbunuh di medan perang. Sylvia dan si pemuda akhirnya menikah pasca perang. Sayangnya, si pemuda yang sangat takut kehilangan Sylvia berubah menjadi pencemburu yang posesif.

Suatu ketika, dibakar api cemburu, si pemuda mengejar Sylvia ke rumah tempat ia melihat bayangan bertahun-tahun sebelumnya. Tanpa berpikir panjang, ia mencekik istrinya itu. Ketika itulah, ia melihat pantulan di cermin, dan ternyata bayangan yang ia lihat bertahun-tahun lampau adaah bayangannya sendiri.

Akankan si pemuda membunuh istrinya karena terbakar cemburu?
˜˜


Ulasan Saya
“Maksud Anda ... Anda akan terus mencoba?” “Terus terang,” kata Ms. Marple, “saya bahkan belum mulai. ‘Tangkap dulu kelincinya,’ kata Mrs. Beaton dalam buku masakannya ...” (hal. 47).

DALAM Miss Marple’s Final Cases, Agatha Christie menunjukkan kepiawaiannya dalam meracik teka-teki di balik berbagai kasus yang seolah tanpa pemecahan. Tiap detilnya disusun rapi dan mengundang saya untuk berlatih lebih jeli melihat detil-detil kecil yang terlewat. Jika harus menggambarkan dengan sedikit kata, maka saya akan menggunakan kata penasaran.

Ya. Saya dibuat penasaran oleh kedelapan cerita rekaan Christie ini. Enam cerita di antaranya menampilkan tokoh Miss. Jane Marple, seorang wanita tua yang cerdik dalam membaca detil dan sifat manusia, dan dua lainnya menyuguhkan kisah berbau supernatural. Dua cerita yang paling saya sukai dalam kompilasi ini adalah ‘Lelucon yang Aneh’ dan ‘Boneka Sang Penjahit’.

‘Lelucon yang Aneh’ berkisah tentang pencarian harta karun yang disembunyikan oleh Paman Matthew yang eksentrik. Untuk menemukan harta karun tersebut, Miss. Marple berpegang pada prinsip bahwa jawaban dari segala pertanyaan sebenarnya sederhana. Yang perlu dilakukan pertama-tama adalah ‘menangkap kelincinya’ alias mengenali karakter dan kebiasaan pelaku terlebih dahulu. Pada bagian lain, Ms. Marple kurang lebih mengatakan bahwa sifat manusia itu pada dasarnya serupa dan ketika kita bisa mengenalinya, maka kita akan melihat jawabannya.

Betul saja, setelah mengamati tumpukan surat dan tagihan, Ms. Marple berhasil menemukan harta yang disimpan dalam sebuah laci rahasia meja antik. Harta itu pun tidak berwujud umum: sebuah perangko kuno yang langka. Ya, untuk menemukan jawaban, yang perlu dilakukan adalah menangkap kellincinya terlebih dulu.

Sentuhan berbeda disajikan Christie dalam ‘Boneka Sang Penjahit’. Tokoh Ms. Marple tidak muncul untuk memecahkan kasus boneka beledu misterius yang kerap berpindah tempat secara gaib sehingga menimbulkan ketakutan di butik milik Combe bersaudara. Saking takutnya, Alicia Combe pun membuang boneka itu dari jendela. Seorang bocah kecil memungutnya. Khawatir akan nasib si bocah, Alicia Combe meminta bocah itu untuk mengembalikan boneka. Jawaban si bocah sungguh menyentuh.

“Tidak mau! Tidak mau! Tidak mau! Dia milikki. Aku menyayanginya. Kalian membencinya. Kalau kalian tidak membencinya, tentu kalian tidak akan melemparkannya dari jendela. Aku menyayanginya, dan itulah yang diinginkannya Dia ingin disayangi.” (hal. 161)

Kisah ini membawa saya pada sebuah permenungan bahwa baik atau buruk dunia ini memperlakukan kita tergantung pada bagaimana cara kita melihatnya. Combe bersaudara yang ketakutan karena memandang boneka beledu itu sebagai jelmaan roh jahat akhirnya tersadar oleh cara pandang bocah kecil yang paham bahwa boneka itu hanya ingin disayangi.


Jika ada yang kurang saya sukai dari buku ini, itu adalah banyaknya nama tokoh yang muncul dalam satu kisah. Ini membuat saya sulit mencerna kisah. Namun demikian, hal ini selaras dengan pesan Christie bahwa dalam berbagai kompleksitas permasalahan, kita tetap harus berpikir sederhana – dalam rumitnya jejaring hubungan antar tokoh, kita perlu melihat pola besar yang ternyata tak serumit kelihatannya.

Sampai di penghujung buku, saya terheran akan banyaknya sentuhan humanis dalam kumpulan kisah pembuhuhan.

Rekomendasi
Buku ini tentunya akan sangat menghibur pecinta cerita detektif yang gemar turut memecahkan teka-teki,.

Pesan

Jawaban dari berbagai permasalahan sebenarnya sederhana, yang perlu dilakukan adalah menyederhanakan pola pikir dan mengarahkan pandangan ke arah yang tepat.



Salam,
Clara